Tortor Hasunduton
Tortor ini mengambil tuah gendang terdiri dari tingkat kekerabatan suhut dan suhu ni ampang na opat keluarga.
Gendang pertama disebut gondang Mulajadi, gondang Mula Tompa. Sikap hasuhuton pada tortor ini adalah menyembah kepada Mulajadi Nabolon dan dalam hal penganut Agama Kristen adalah mendoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam wujud tortor menyembah diatas kepala.
Gendang kedua disebut gondang mula mula dimana tortor adalah menyembah berputar ditempat ke arah mata angin desa na ualu, dengan maksud bahwa setiap pekerjaan ada mulanya dan permulaan itu diharap baik baik dan agar mendapat mula yang baik
Gendang ketiga adalah gondang somba somba dalam wujud sikap tortor tangan menyembah minta izin dan restu dari khalayak ramai mereka diperkenankan melaksanakan acara itu
Gendang keempat adalah gondang sampur mareme, dalam sikap tortor mula mula menyembah, kemudian dapat dilanjutkan dengan sikap tangan menari dengan maksud agar tuah dari orang tua mereka, termasuk petuah petuah dan amanatnya serta petunjuk roh suci menjadi hidup mereka dan menjadi kesejahteraan keluarga.
Gendang Kelima adalah gondang Liat Liat dalam wujud tortor menari berkeliling menurut lingkaran dengan makna agar hasuhuton, dan semua yang terlibat dalam upacara mendapat restu.
Gendang ke enam adalah gondang hasahatan wujud tortor menari di tempat dengan maksud apabila acara ini sudah selesai dilaksanakan agar tuah setelah melakukan upacara itu.
Gendang ketujuh adalah gondang sitio tio wujud tortor dengan sikap ulos menyambut tuah agar akibat dari pelaksanaan upacara membawa tuah kesejahteraan dan kejernihan bagi keluarga dan semua yang terlibat dalam acara.
DALIHAN NATOLU - NILAI BUDAYA - SUKU BATAK
Dalihan artinya tungku yang dibuat dari batu. Na artinya yang, tolu artinya tiga. Jadi arti dalihan natolu adalah tiga tiang tungku. Ketiga dalihan/tungku yang ditanam berdekatan berfungsi sebagai tungku tempat alat masak yang dijerangkan. Besar dalihan harus dibuat sama besar dan ditanam sedemikian rupa sehingga jaraknya simetris satu sama lain, dan tingginya harus sama dan harmonis.
Dalihan natolu bukan sekedar tungku nan tiga prasarana memasak, tetapi menyangkut seluruh kehidupan yang bersumber dari dapur. Istilah dalihan bagi sub sub Suku Batak tidak sama tapi prinsipnya adalah sama. Misal Batak Karo dan Batak Pakpak Dairi adalah daliken, sedang batak Toba, Batak Simalungun dan Angkola Padang Lawas, Sipirok-Mandailing istilahnya adalahdalihan.
Masing masing dalihan berdiri sendiri dan ditata agar tetap harmonis. Demikianlah keadaan kekerabatan Suku Batak dan pandangan hidup nya, bahwa suhut, hula hula dan boru masing masing mempunyai pribadi dan harga diri tahu akan hak dan kewajiban sebagai pelaksana tanggung jawab. Peranan marga dalam menentukan tempat dan kedudukan sangat penting dalam pertalian Dalihan Natolu. Pertalian apa yang ada antara seseorang dengan pusat kejadian.
Orang mengambil satu rumusan hikmat hubungan
Hendaknya setiap hula hula elek marboru maksudnya agar hula hula selalu menjaga sikap membujuk sayang terhadap boru, karena borulah sebagian dari penanggung jawab kegiatan. Walaupun boru itu selalu dibujuk sayang oleh hula hula, bukan berarti supaya boru itu manja.
Sebab itu setiap boru dalam hikmat nya harus somba marhula hula, maksudnya adalah agar setiap boru hendaklah bersikap sembah atau hormat kepada hula hula.
Sedang pusat kejadian yaitu suhut dengan kawan semarga nya disebut sabutuha hendaklah bersikap manat mardongan tubu , maksudnya agar sesama marga hendaklah bersikap prihatin dan hati hati.
Demikian hubungan hikmat ini dengan keadaan agar segala sesuatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan sempurna. Hikmat kewajiban seperti inilah yang perlu di tata agar harmonis dalam kekerabatan, sebagai mana tiang tungku tiga yang diletakkan harmonis satu sama yang lain.
Ketiga unsur yang berdiri sendiri tidak akan ada arti, tetapi harus kerja sama satu sama yang lain baru menghasilkan manfaat yang tanjam. Unsur pertama adalah suhut dengan saudara lelaki disebut dongan sabutuha. Unsur kedua adalah saudara suhut yang perempuan dengan suaminya disebut boru, dan unsur yang ketiga saudara lelaki dari isteri suhut disebut hula-hula.
Ruma Ijuk Ruma Gorga
Ruma ijuk ruma gorga dalam arti harfiahnya adalah rumah beratap ijuk dan mempunyai gorga. Dalam penghidupan sehari hari artinya adakah nabisuk jala na malo marroha. Nabisuk artinya penuh bijaksana, na malo marroha artinya cerdik dan pandai serta diplomat.
Demikianlah kepada seorang yang telah mendapat pendidikan dan pengajaran pertama dari dalam rumah seperti yang di jelaskan dimuka, apabila seorang yang keluar dari rumah melalui tangga maka ia harus menjadi Ruma Ijuk, Ruma Gorga simbol dari Nabisuk jala Namalo Marroha. Ruma di Uhum Manotari di Adat yang artinya bahwa rumah itu adalah tempat belajar hukum atau aturan dan menjiwai adat dari Nilai Dalihan Natolu.
Seseorang yang dikatakan dewasa pada Batak Toba, apabila seseorang itu telah dapat bertanggung jawab atas aturan dan Adat Batak, penuh bijaksana, cerdik dan pandai serta bersifat diplomat.
Posted by situmorang
on Rabu, Juli 20, 2011.
Filed under
Dalihan na Tolu,
feature,
gallery,
seni
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0